Sebenarnya artikel ini menyambung tentang tema sebelumnya yakni banderol OTR Byson dibanding faktur. Sampeyan semua pastinya sudah tahu….bahwa apa yang dibayar konsumen tidak sama dengan yang tertera difaktur. Nah….ternyata semua itu dipengaruhi beberapa hal. Ingin tahu??….monggo diintip
Thanks buat bro some one out there atas pencerahannya. Sebagai ilustrasi sederhana kita ambil contoh dari harga sikebo sendiri. Dalam faktur terdapat angka 14,6juta. Harga yang disebutkan merupakan harga pabrik yang dijual kedealer. Harga jual barang dari pabrik atau bisa disebut COGS (Cost of goods sold) sudah termasuk perhitungan biaya bahan baku, factory overhead……yakni cost tenaga kerja, listrik, mesin serta berbagai proses hingga motor siap pakai. Artinya….angka 14,6juta adalah harga murni dari pabrik sebelum produk keluar dari kandang. Lha terus…selisihnya buat apa aja??….
Dalam proses sampai ketangan konsumen ada yang namanya biaya distribusi. Tentu saja dibutuhkan biaya untuk mengangkut produk keberbagai pelosok tanah air. Selain faktor diatas….motor juga dibebani PPN, profit dealer plus syarat layak jalan/on the road (OTR). Jadi secara sederhana….selisih 5,5juta dibagi unsur keuntungan dealer, biaya angkut dan PPN. Makanya jangan heran banderol resmi ketika sudah masuk dealer melar hingga 20,1juta OTR Jakarta. Apa ini yang membuat motor berfairing menjadi lebih mahal??…ngangkutnya-kan mahal tuh bro rentan lecet…(ngawur.com 😆 )
Yang IWB heran….kenapa harga Pulsar 220 difaktur 15jutaan bisa dijual 18,6juta yak?? apakah ini artinya profit yang didapatkan dealer kecil?? atau pabrikan Bajaj mampu mengefisiensikan biaya distribusi??. Atau…..mereka berani memberikan subisidi buat para dealernya??. Mboh ora weruh. Monggo share pendapatnya bagi yang mengetahui jawabannya……(iwb)
Leave a comment