Sampai saat ini pro dan kontra masih menyelimuti kebijakan ATPM dan pemerintah memberlakukan AHO sistem. Ada yang bisa menerima namun banyak juga yang kurang berkenan dihati. Dari sisi pemerintah demi keselamatan pengendara….sedang biker merasa banyak cara selain harus memaksa dengan menghilangkan saklar lampu…..
Kalau kita analisa asal muasal keputusan ATPM memberlakukan AHO memang tidak terlepas dari campur tangan pemerintah. Lemahnya aparat dijalanan dalam menindak pengendara motor yang lupa atau sengaja tidak menyalakan lampulah biang keladinya. Sehingga akhirnya dari pihak berwenang menghimbau semua pabrikan membekali kuda besi mereka dengan AHO sistem. Alhasil lampu menyala terus tanpa ada kesempatan bagi biker bertindak mbalelo dari peraturan. Btw seberapa efektif sih menyalakan lampu disiang hari??. Iseng-iseng IWB coba testing. Caranya cukup simpel, yakni IWB berhenti dipinggir jalan dan memperhatikan pengendara yang melintas lewat spion motor. Hasilnya….memang beda!!. Motor lampu yang menyala lebih terlihat jelas dan eye catching. Mungkin ini maksud regulasi dibuat. Supaya pengendara lain menyadari kehadiran kendaraan lain disekitarnya. Tapi…memang aturan bukannya tanpa cela. Berikut pendapat IWB tentang kelemahan yang bisa didapat…..
Pertama….coba mzbro bayangkan, jika dalam satu hari…..jutaan orang lalu lalang dijalanan secara serentak menyalakan lampu disiang hari, betapa makin panasnya bumi ini. Pancaran lampu yang menyilaukan…dari sebuah kuda besi dimana rata-rata dibekali sinar dengan kekuatan antara 25-35watt dikalikan seperkian juta lampu…..pasti akan beda efek dari suhu lingkungan sekitar. Alih-alih ingin mendinginkan bumi tapi malah sebaliknya. Yang kedua hasil limbah dari lampu kendaraan bermotor yang membludak. Lho koq bisa?? yup!!…..lampu berdasarkan lifetime atau siklus hidup. Sebagai ilustrasi jika produsen mengklaim lampu mereka bisa menyala 3000jam, maka seandainya dihitung pemakaian rata-rata 12jam/hari (siang & malam hari hidup), hasilnya adalah 250hari alias satu tahun tidak genap. Bandingkan jika lampu hanya menyala malam hari (rata-rata berpijar sekitar 5jam/hari) maka lampu mampu menyala hingga 600hari atau hampir dua tahunan. Jadi dengan pendeknya umur bohlam otomatis bakal memperburuk banyaknya sampah. Dan ingat…sampah dari elektronik lebih susah didaur ulang ketimbang unsur lain. Hal ini diamini juga oleh salah seorang kepala mekanik Honda Cisalak yang mengatakan bahwa umur lampu disinyalir lebih pendek jika siang hari menyala terus….
Yup…semua memang sudah diperhitungkan sedemikian rupa. Dalam satu keputusan atau regulasi tentu tidak ada yang sempurna…dan kekurangan bukanlah satu alasan untuk menentangnya. Sebagai konsumen kita tetap harus mengambil intisari dan tujuan positif dibaliknya. Sedang dari sisi ATPM, tantangan mensosialisasikan benefit AHO kudu digeber, disampaikan secara berkesinambungan lewat para sales mereka sebagai ujung tombak SDM yang bertemu langsung dengan konsumen. Tentu bukan hal merugikan buat ATPM…malah menguntungkan disebabkan intensitas belanja part lebih seringkan….lawong lampu lebih cepat ganti 😆 . Dari sisi IWb sebagai blogger tetap akan mendukung peraturan ini walau dalam hati kecil merasa beruntung mendapatkan kuda besi yang masih dibekali saklar pemutus headlamp. Soale sewaktu-waktu bisa dimatikan ketika kita tidak membutuhkannya, contoh melaju dipersawahan sunyi atau sedang diladang mengontrol tumbuhan yang kita tanam. Ya nggak bro………..(iwb)
Leave a comment